10/9/12

Jenis Obat Asma



1.      Agonis β2-adrenoreseptor
Seperti salbutamol merupakan bronkodilator yang kuat dan cepat, juga merupakan pilihan pertama untuk meredakan gejala-gejala akut. Obat tersebut mengaktivasi adenilat siklase untuk meningkatkan adenosin monofosfat siklase (cAMP)  dan juga mengurangi pelepasan mediator dari sel inflamasi dan saraf jalan napas.  β2-agonis yang bekerja lama seperti salmeterol memungkinan regimen dengan dosis 2 kali sehari. Penggunaan jangka panjang β2-agonis disertai dengan penurunan efektivitas (toleransi).


2.      Antagonis reseptor muskarinik (Ipratropium)
Menyebabkna blok efek ACh dari saraf parasimpatis dan merupakan bronkodilator yang cukup efektif dan mengurangi sekresi mukus. Obat tersebut lebih efektif melawan iritasi daripada alergen. Dapat ditambahkan pada β2 agonis.

3.      Kortikosteroid
Seperti beklometason merupakan obat anti inflamasi paling penting. Obat tersebut mengurangi jumlah eosinofil dan aktivasi serta aktivitas makrofag dan limfosit. Kortikosteroid inhalasi merupakan pilihan utama terapi asma jangka panjang. Namun, obat tersebut dapat memiliki efek samping yang signifikan termasuk kadidiasis oral (5%) dan suara serak. Dapat terjadi retardasi pertumbuhan pada anak-anak yang mendapat kortikosterod inhalasi jangka panjang. Kortikosteroid oral seperti prednison mungkin diperlukan pada pasien-pasien asma yang tidak dapat dikontrol dengan steroid inhalasi, tetapi bahaya efek  samping lebih besar. Terapi kombinasi yang mengandung kedua steroid ditambah β2-agonis berguna untuk penderita asma sedang/berat.

4.      Kromoglikat dan nedocromil
Menghambat pelepasan mediator inflamasi (mediator radang) dan mencegah aktivasi sel mast dan eosinofil. Kedua obat tersebut juga dapat menekan aktivitas saraf sensorik dan melepaskan neuropeptida. Meskipun obat ini tidak bermanfaat pada serangan akut, penggunaan profilaktik mengurangi baik fase segera maupun lanjut pada respons asmatik dan hiper-responsivitas. Obat-obat tersebut kurang kuat dibandingkan steroid dan hanya efektif untuk mengobati asma ringan dan asma yang diinduksi olahraga. Namun, obat tersebut memiliki sedikit efek samping dan sering menjadi obat pilhan untuk anak-anak. Penggunaan kedua obat tersebut telah semakin berkurang sejak diperkenalkan steroid dosis rendah yang lebih aman, lebih murah, lebih efektif dan tidak perlu sering diminum.

5.      Terapi antileukotrien
Diberikan dalam 2 bentuk : antagonis reseptor CysLT (LTC4/D4) seperti montelukast dan inhibitor 5-lipoxygenase seperti zileuton. Keduanya memiliki efikasi yang sama untuk menimbulkan bronkokonstriksi yang disebbakan oleh alergen, olahraga dan udara dingin dengan pemukiman ~50%. Obat-obat tersebut efektif untuk mengobati asma yang sensitif aspirin, termasuk leukotrien yang memiliki peran kunci pada keadaan ini. Antileukotrien memperbaiki fungi paru pada penderita asma ringa  dan sedang, tetapi ,manfaat paling besar mungkin untuk penderita asma yang sangat berat yang mendapatkan steroid. Kedua jenis obat diberikan per oral dan relatif memiliki kerja lama, dengan sedikit efek samping.

6.      Antagonis histamin
Tidak terbukti berguna pada asma meskipun antihistamin nonsedatif yang lebih baru seperti terfonadin dapat meredakan asma alergi ringan.

7.      Terapi baru
Antibodi anti-IgE rekombinan (amalizumab) telah terbukti efektif utnuk asma alergi sedang-berat, dengan menurunkan tingkat IgE spesifik antigen. Antibodi antisitokin (misalnya anti IL-13) sedang dikembangkan, tetapi tidak terbukti.

Sumber :
Ward, Jeremy P.T. dkk. 2006 At a Glance Sistem Respirasi Ed 2. Jakarta : Penerbit Erlangga

No comments:

Post a Comment