Merupakan penyebab kebutaan paling
sering yang ditemukan pada usia dewasa, antara 20-74 tahun. Pasien diabetes
memiliki risiko 25 x lebih mudah mengalami kebutaan dibanding non diabetes. Retinopati
diabetik juga merupakan salah satu penyakit degeneratif pada mata.
1.1 Etiopatogenesis
1.1.1
Jalur poliol
Hiperglikemia lama kaan menyebabkan
produksi berlebihan serta akumulasi dari poliol, yaitu suatu senyawa gula dan
alkohol, dalam jaringan termasuk di lensa dan saraf optik salah satu sifat dari
senyawa poliol ialah tidak dapat melewati membran basalis sehingga akan
tertimbun dalam jumlah yang banyak di dalam sel senyawa ini meningkatkan
tekanan osmotik sel dan menimbulkan gangguan morfologi maupun fungsional sel.
1.1.2
Glikasi nonenzematik
Terjadi terhadap protein dan sam
deosiribonukleat (DNA) yang terjadi selama hiperglikemik dapat menghambat
aktivitas enzim dan keutuhan DNA. Protein yang terglikosilasi membentuk radikal
bebas dan akan menyebabkan perubahan fungsi sel.
1.1.3
Protein Kinase C (PKC)
Diketahui memiliki pengaruh terhadap
permeabilitas vaskular,kontraktilitas, sintesis membran basalis dan proliferasi
sel vaskular. Dalam kondisi hiperglikemik, aktivitas PKC di retina dan sel
endotel meningkat akibat peningkatan sintesis de novo dari diasilgliserol yaitu
suatu regulator PKC.
1.2 Patofisiologi
Dimulai dari penebalan
membran basalis, hilangnya perisit dan proliferasi endotel pada kapiler retina,
dimana keadaan lanjut, perbandingan antara sel endotel dan sel perisit mencapai
10 : 1. Melibatkan lima proses dasar yang terjadi di tingkat kapiler :
1. Pembentukan
mikroaneurisma
2. Peningkatan
permeabilitas pembuluhdarah
3. Penyumbatan
pembuluh darah
4. Proliferasi
pembuluh darah baru (neovascular) dan jaringan fibrosa di retina
5. Kontraksi
dari jaringan fibrosis kapiler dan jaringan vitreus, penyumbatan dan hilangnya
perfusi menyebabkan iskemia retina sedangkan kebocoran dapat terjadi pada semua
komponen darah.
Pada
Retinopati diabetik juga dapat terjadi kebutaan, mekanismenya sebagai berikut :
1. Edema
makula atau nonperfusi kapiler
2. Pembentukan
pembuluh darah baru pada retinopati diabetik prolifeartif dan kontraksi
jaringan fibrosis menyebabkan ablasio retina (ratinal detachment)
3. Pembuluh
darah baru yang terbentuk menimbulkan perdarahan preretina dan vitreus
4. Pembentukan
pembuluh darah baru dapat menyebabkan terjadinya glaukoma
1.3 Klasifikasi
Retinopati diabetik ini
dikasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu Retinopati diabetik nonproliferatif
dan proliferatif. Ciri-ciri atau karakteristik dari Retinopato diabetik nonproliferatif
(RDNP) adalah ditemukannya mikroaneurisma, adanyapenebalan membran basalis,
terdapat perdarahan ringan, adanya eksudat keras berwarna kuning dan temuan
yang paling khas ialah cotton wool spot (gambaran
eksudat dari retina, akibat penyumbatan arteri prepapil sehingga terjadi daerah
nonperfusi di dalam retina).
Sedangkan pada
Retinopati diabetik proliferatif dapat ditemukan adanya neovaskularisasi.
Retinopati jenis ini dapat dibagi menjadi Retinopati diabetik proliferatif
ringan (tandanya tidak terjadi perdarahan) dan Retinopati diabetik proliferatif
resiko tinggi ( ada perdarahan di vitreous body).
1.4 Gejala
klinis
Dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala
subjektif dan objektif
1. Gejala
subjektif, terdiri dari : kesulitan membaca dan penglihatan kabur
2. Gejala
objektif antara lain : Mikroaneurisma (bintik merah kecil yang terletak dekat
pembuluh darah terutama polus posterior), perdarahan (berupa titik, garis dan
bercak), dilatasi pembuluh darah, hard exudate (infiltrasi lipid ke dalam
retina), soft exudate/coton wool patches (iskemia retina),
neovaskularisasi dan edema retina.
1.5 Pencegahan
dan pengobatan
Pencegahan dan pengobatan Retinopati
diabetika meliputi :
1. Kontrol
glukosa darah
2. Kontrol
tekanan darah
3. Ablasi
kelenjar hipofisis melalui pembedahan atau radiasi (jarang dilakukan)
4. Fotokoagulasi
dengan sinar laser :
a. Fotokoagulasi
panretinal untuk RDP (Retinopati Diabetik Proliferatif) atau glaukoma
neovaskular
b. Fotokoagulasi
fokal untuk edema makula
5. Vitrektomi
untuk perdarahan vitreus atau ablasio retina
1.5.1
Kontrol glukosa darah
Penelitian oleh Diabetes Control and Complication Trial
(DCCT) menyebutkan bahwa kelompok pasien yang belum disertai retinopati dan
mendapat terapi intensif dengan insulin
selama 36 bulan mengalami penurunan resiko terkjadi retinopati sebesar
76%. Demikian juga pada kelompok yang sudah menderita retinopati, terapi
intensif dapat mencegah risiko perburukan retinopati sebesar 54%.
Penelitian lain oleh United Kingdom Prospective Diabetes Study
(UKPDS) menebutkan bahwa pasien diabetes yang diterapi secara intensif, setiap
penurunan 1% HbA1c akan diikuti dengan penurunan risiko komplikasi
mikrovaskular sebesar 35%
1.5.2 Kontrol hipertensi
Menurut
UKPDS kelompok pasien dengan kontrol tekanan darah secara ketat mengalami
penurunan resiko progresifitas retinopati sebanyak 34%
1.5.3
Ablasi kelenjar hipofisis
Dapat
dilakukan hipofisektomi, hasilnya Retinopati diabetik yang sudah ada mengalami
perbaikan
1.5.4 Fotokoagulasi
Tiga metode
fotokoagulasi dengan laser :
1. Scatter (Panretinal) photocoagulation,
dilakukan pada kasus dengan kemunduran visus yang cepat dan untuk menghilangkan
neovaskular pada saraf optius dan permukaan retina atau pada sudutchamber anterior.
2. Focal photocoagulation,
ditujukan pada mikroaneurisma di fundus posterior yang mengalami kebocoran
untuk mengurangi atau menghilangkan edema makula
3. Grid photocoaglation,
dengan sinar laser dimana pembakaran dengan bentuk kisi-kisi diarahkan pada
daerah edema
1.6 Perjalanan
klinis dan prognosis
Pasein RDNP minimal
dengan hanya ditandai mikroaneurisma yang jarang, memiliki prognosis baik
sehingga cukup dilakukan pemeriksaan ulang setiap 1 tahun.
Pasien yang tergolong
RDNP sedang tanpa disertai edemamakula, perlu dilakukan pemeriksaan ulang
setiap 6-12 bulan oleh karena sering bersifat progresif.
Pasien RDNP derajat
ringan-sedang disertai edema makula yang secara klinik tidak signifikan, perlu
diperiksa kembali dalam waktu 4-6 bulan oleh karena memiliki risiko besar utnuk
berkembang menjadi edema makula yang secara klinik signifikan.
Pasien RDNP berat
memiliki risiko tinggi menjadi RDP, pasien RDP resiko tinggi harus segera
diterapi dengan fotokoagulasi.
Daftar Pustaka :
Sudoyo, Aru W dkk (Editor). 2010. Ilmu Penyakit Dalam Ed III Jilid V.
Jakarta : Interna Publishing
No comments:
Post a Comment