1/30/13

Gangguan Orientasi, Bahasa dan Memori


Termasuk dalam gangguan mental dalam kognisi, yang termasuk selain ketiga itu antara lain gangguan konsentrasi/ perhatian, berhitung, visual-spatial fungsi eksekutif, abstraksi dan taraf intelegensi.


1.      Gangguan orientasi
Orientasi adalah kemampuan individu untuk mengenali objek/situasi sebagaimana adanya. Dibedakan atas orientasi personal/orang, yaitu kemampuan untuk mengenali orang yang sudah dikenalnya. Orientasi ruang/ spatial, yaitu kemampuan individu untuk mengenali tempat dimana ia berada. Orientasi waktu yaitu kemampuan individu untuk mengenali secara tepat waktu dimana individu berada. Gangguan orientasi sering terjadi pada kerusakan organik di otak. Bila orientasi pasien terganggu, hal ini dapat merupakan petunjuk bahwa memori jangka pendeknya mungkin terganggu.

2.      Gangguan bahasa
 Gangguan bahasa dapat ditinjau dari aspek gangguan modalitas bahasa (berbicara, menyimak, menulis dan membaca), untuk membedakan afasia dari agnosia dan apraksia. Sedangkan dari aspek gangguan "berpikir" dan "cara penggunaan bahasa" dapat dibedakan demensia, kusut pikir (confusion) dan kasus psikiatrik.
         gangguan multimodalitas bahasa : Afasia adalah gangguan bahasa yang meliputi semua modalitas yaitu berbicara, menyimak, menulis dan membaca. Tidak ada afasia yang salah satu modalitasnya masih sempurna. Biasanya semua terkena, hanya yang satu lebih berat daripada yang lain.
         gangguan modalitas tunggal : Sering dijumpai pasien tidak dapat berbicara dan menyimak bahasa, tetapi masih dapat menulis dan membaca. Pasien ini menderita agnosia auditif. Sebaliknya pasien yang menderita apraksia tidak mampu menulis, tetapi mampu berbicara.
         gangguan "berpikir" : Penggunaan bahasa yang tidak benar dapat juga disebabkan oleh gangguan cara berpikir dan salah menggunakan bahasa. Hal ini membedakan dari afasia, agnosia dan apraksia yang disebabkan oleh gangguan modalitas bahasa. Contoh dari gangguan "berpikir" adalah demensia, kusut pikir (confusion) dan kasus psikiatrik.

3.      Gangguan memori
Memori merupakan terminologi umum untuk status mental yang memungkinkan seseorang menyimpan informasi untuk dipanggil kembali di kemudian hari.
a.       Amnesia
Umumnya melukiskan defek pada fungsi memori. Rentang waktu amnesia dapat sesingkat beberapa detik sampai selama beberapa tahun. Kejadian ini paling sering dijumpai pasca trauma kepala, tapi dapat juga terjadi setelah jejas otak mayor (misalnya strok). Namun juga dapat disebabkan faktor psikologis misalnya pada gangguan stress pasca trauma.


1.      Amnesia anterograd dan retrograd
    Contoh dari amnesia adalah amnesia anterograd dan retrograd. Ketidakmampuan mempelajari materi baru setelah jejas otak disebut amnesia anterograd. Amnesia retrograd berarti amnesia terhadap kejadian sebelum terjadi jejas atau insult otak.

2.      Amnesia psikogenik
     Dalam hal ini pasien memblok suatu kurun waktu. Pasien  ini tidak menunjukkan defisit memori baru; ia dapat mempelajari item baru sewaktu periode amesia dan setelah periode amnesia berlalu dan tidak menderita defek pada memori jangka panjang dan pendek (recent) bila di tes. Hilangnya memori yang berdasarkan keadaan psikologis mengakibatkan lubang-lubang pada memori terhadap kejadian sewaktu adanya amnesia.
b.      Paraamnesia
Sering disebut sebagai ingatan palsu, yakni terjadinya distorsi ingatan dari informasi/pengalaman yang sesungguhnya. Penyebab organiknya bisa ditimbulkan akibat gangguan di otak misalnya demensia, sedangkan penyebab psikologiknya dapat disebabkan oleh gangguan disosiasi.
Jenis paramnesia :
1.      Konfabulasi: adalah ingatan palsu yang muncul untuk mengisi kekosongan memori. Biasa terjadi pada orang dengan demensia.
2.      Deja Vu: adalah suatu ingatan palsu terhadap pengalaman baru. Individu merasa sangat mengenali suatu situasi baru yang sesungguhnya belum pernah dikenalnya.
3.      Jamais Vu: adalah kebalikan dari Deja Vu, yaitu merasa asing terhadap situasi yang justru pernah dialaminya.
4.      Hiperamnesia: adalah ingatan yang mendalam dan berlebihan terhadap suatu pengalaman
5.      Screen memory: adalah secara sadar menutupi ingatan akan pengalaman yang menyakitkan atau traumatis dengan ingatan yang lebih dapat ditoleransi
6.      Letologika: adalah ketidakmampuan yang bersifat sementara dalam menemukan kata kata yang tepat untuk mendeskripsikan pengalamannya. Lazim terjadi pada proses penuaan atau pada stadium awal dari demensi.

c.       Berdasarkan rentang waktu
Berdasarkan rentang waktu individu kehilangan daya ingatnya, dibedakan menjadi:
1.      Memori segera (immediate memory): adalah kemampuan mengingat peristiwa yang baru saja terjadi, yakni rentang waktu beberapa detik sampai beberapa menit
2.      Memori baru (recent memory): adalah ingatan terhadap pengalaman/informasi yang terjadi dalam beberapa hari terakhir
3.      Memori jangka menengah (recent past memory): adalah ingatan terhadap peristiwa yang terjadi selama beberapa bulan yang lalu.
4.      Memori jangka panjang: adalah ingatan terhadap peristiwa yang sudah lama terjadi (bertahun tahun yang lalu)

Sumber :

Lumbantobing, S.M., 2008, Neurologi Klinik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.


No comments:

Post a Comment